Saya baru aja kena tegur. Akibat dari postingan saya soal perawatan kecantikan di halaman FB yang saya copas dari status salah seorang leader Oriflame.
Copas kependekan copy-paste. Alias menyalin hasil tulisan orang lain.
Postingan itu sudah lama sekali. Saya cek tanggalnya tertulis 4 Agustus 2017. Waktu itu saya tulis sumbernya dan si mbak leader itu saya tag juga di postingannya.
Saya paham sekali budaya copas itu tidak baik. Maka saya lebih berhati-hati dengan mencantumkan nama penulisnya sebagai sumber di bagian akhir tulisan itu.
Saat saya posting tulisan itu, tidak ada komentar apapun dari penulisnya. Jadi saya anggap ga ada masalah. Saya bahkan lupa pernah posting soal itu. Sampai hari ini, ketika saya mendapat teguran soal postingan tersebut.
Rupanya saya salah.
Salahnya saya ternyata karena saya menganggap copas itu boleh selama saya masih mencantumkan nama penulis aslinya.
Disinilah letak kesalahan saya. Si mbak leader merasa tidak ikhlas karena hasil kerja kerasnya menulis dicopas oleh saya. Walaupun saya sudah mencantumkan namanya di bagian akhir postingan itu.
Saya mengaku salah dan segera minta maaf kepada yang bersangkutan lewat FB Messenger.
Namun yang bikin saya rada baper, ternyata mbak leader itu membuat foto layar postingan saya, lalu mengunggahnya di akun FB pribadinya. Beliau membuat beberapa postingan yang berkaitan dengan kesalahan saya tersebut, hingga mengundang komentar teman-temannya. Komentar yang tentunya ikut menyalahkan tindakan saya.
Bahwa tindakan copas itu salah.
Copas itu sama juga dengan nyolong.
Malah ada kata-katanya yang membuat saya terhenyak kaget dan sakit hati.
Dibilangnya dengan saya copas ingin kelihatan pinter dari hasil otak orang lain.
Astagfirullahaladziim…
Segitu besarnya kah kesalahan saya sampai dituduh demikian 🙁
Padahal mah beneran deh, saya ga berniat begitu ko. Kalo saya benar seperti yang dituduhkan, mestinya sejak awal saya tidak mencantumkan nama si mbak sebagai sumbernya. Justru saya menghormati beliau dengan mencantumkan namanya di bagian akhir postingan saya. Karena saya sadar itu bukan hasil tulisan saya sendiri.
Bedakan dengan plagiator ya, yang sengaja copas tanpa menuliskan sumbernya sehingga tampak seolah-olah dirinya lah penulisnya.
Tapi rupanya sudah ditulis sumbernya pun si mbak tetap ga ikhlas tulisannya dicopas.
Ini bukan pembelaan diri ya. Saya hanya mengemukakan pendapat, seandainya beliau mau sedikit aja mencoba tabayyun terlebih dahulu, sebetulnya bisa lho beliau menegur saya lewat jalur pribadi.
Kan tertulis jelas nama akun saya dan bisa ditelusuri pemilik halaman FB tersebut hingga ke akun pribadi saya. Bahkan di profil tercantum dengan jelas data kontak saya, email dan no whatsapp yang bisa dihubungi.
Lah ini mah, langsung main buka aja kesalahan orang di ruang publik tanpa mencari tau lebih dahulu.
Yasudah lah. Emang saya yang salah kok. Wajar juga si mbak kesal sebagai respon dari akibat perbuatan saya.
Dengan berbesar hati saya komen di status beliau dan meminta maaf sekali lagi kepada yang bersangkutan.
Ini teguran buat saya. Dengan kejadian ini saya harus bisa mengambil hikmahnya. Saya harus lebih banyak introspeksi diri. Saya harus lebih banyak belajar lagi. Saya harus lebih banyak istigfar.
Saya malah bersyukur, karena kejadian ini saya jadi bisa mempraktekkan ilmu Paradox of Candy yang saya dapatkan dengan Belajar Ilmu Rahasia Magnet Rezeki di Channel Telegram.
Sebetulnya kejadian serupa juga pernah menimpa saya. Ada orang yang copas tidak hanya sekedar tulisan di FB tapi juga isi web saya plek habis-habisan.
Saya tentu tidak suka juga. Lalu saya menegurnya tapi di jalur pribadi, lewat email dan nomor whatsappnya langsung. Bukan di ruang publik seperti yang mbak leader itu lakukan terhadap saya.
Tapi ga apa-apa. Sekali lagi kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi saya.
Padahal ada juga beberapa artikel disini yang tulisannya saya copas dari berbagai sumber.
Mohon maaf sekiranya ada yang keberatan, boleh silakan japri aja ya 🙂