Hari ini merupakan hari yang membanggakan buat saya. Baru saja pulang dari mengambil rapot Hanum dan Zhafif, saya hampir saja melompat-lompat gembira saking senangnya melihat hasil rapot semester 1.
Hanum mendapat peringkat pertama di kelasnya. Ini membuktikan pada saya dengan lingkungan yang lebih kondusif, Hanum bisa menunjukkan prestasi terbaiknya. Jarak sekolah yang lebih dekat membuat Hanum lebih punya banyak waktu untuk beristirahat dan bermain, sehingga bisa menyerap pelajaran di sekolah dengan lebih baik.
Dan yang membuat saya makin bangga ternyata Hanum juga peringka 1 di tempat pengajian (TPQ). Kalo ini saya ga menyangka sama sekali. Seperti yang pernah saya ceritakan di kisah sebelumnya hasil UTS Hanum di TPQ nilainya jauh lebih rendah dibandingkan nilai UTS di sekolah.
Bahkan hasil UAS Hanum baik di sekolah maupun di TPQ, nilainya menurun dibandingkan nilai UTS. Saya hampir tidak yakin kalo Hanum ternyata bisa meraih peringkat 1 di kelas.
Lain lagi ceritanya dengan Zhafif. Karena masih TK, ga ada peringkatnya. Di TPQ pun masih dibilang anak bawang, karena belum lancar membaca dan menulis. Tapi secara keseluruhan perkembangan Zhafif baik di sekolah maupun di TPQ sudah cukup baik.
Menurut cerita ibu gurunya, di kelas Zhafif termasuk anak yang sangat aktif, ga bisa diam, dan kadang-kadang suka menjahili teman-temannya. Dari segi pendidikan agama Islam seperti hapalan doa, surat pendek dan hadist, hampir semuanya Zhafif mendapat nilai A, walupun ada beberapa yang belum lancar membacanya atau belum bagus makhroj-nyahingga hanya mendapatkan nilai B.
Demikian pula dari sisi perkembangan perilaku, koginitif dan motorik yang diamati, mulai dari perkembangan sosial, kemandirian, bahasa dan pengetahuan ummnya sudah berkembang sesuai harapan. Hanya beberapa yang masuk kategori mulai berkembang seperti menyanyi dan mengucapkan syair saat bersenandung.
Hihi…emang bukan anak artis penyanyi sih 😛
Gimanapun hasil rapot semester 1, baik Hanum maupun Zhafif, saya amat bangga pada mereka. Dan yang paling saya syukuri adalah saya bisa mengajar dan membimbing anak-anak langsung karena saya berada di rumah untuk mereka.
Tentu lain ceritanya, kalo saya meninggalkan pengasuhan anak-anak kepada orang lain semisal pembantu rumah tangga, yang notabene adalah orang lain. Kayaknya saya ga akan sebangga sekarang hehe…
Untungnya saya ibu yang bekerja dari rumah 😉
.