Sudah hampir 1 bulan lamanya sejak Hanum pindah sekolah ke SDN Pulogebang 05 Pagi dan Zhafif masuk TK kelompok B di TK Husnayain Bekasi. Saya melihat ada kesan yang berbeda dari Hanum dan Zhafif terhadap sekolah barunya masing-masing.
Hari pertama Hanum di sekolah baru, diwarnai sedikit kekacauan, karena terhambat surat-surat kepindahan Hanum dari sekolah lama yang belum juga rampung sehingga Hanum tidak diperbolehkan masuk kelas oleh Kepala Sekolah. Hanum sedikit kecewa karena harus pulang kembali ke rumah.
Sementara Zhafif yang memang sangat menantikan masuk sekolah terlihat sangat antusias dengan perlengkapan sekolah yang serba baru. Seperti seragam, tas sekolah dan lengkap dengan sepatu barunya. Tidak seperti anak-anak lainnya yang ditunggui oleh orang tuanya, saya dengan pedenya meninggalkan Zhafif di sekolah baru karena yakin Zhafif akan baik-baik saja di hari pertamanya.
Dan benar saja ketika saya jemput sepulang sekolah, komentar pertamanya saat saya tanya gimana di sekolah adalah: aku seneng banget-bangetan!!
Wakakakaka…
Tapi ternyata situasi ini begitu mempengaruhi Hanum.
Setelah masalah surat-surat pindah selesai dan sudah boleh masuk kelas, Hanum yang memang agak pemalu terlihat sedikit takut-takut dan minta ditemani sampai duduk di kelasnya. Saat saya jemput lagi sepulang sekolah dan menanyakan bagaimana kesannya di kelas yang baru, Hanum awalnya bilang suka dengan kelas barunya.
Tapi beberapa hari kemudian Hanum bilang ga mau sekolah di SD Pulogebang. Saat saya tanyakan alasannya, Hanum menjawab karena ingin sekolah di Husnayain seperti Zhafif. Karena di sekolah Zhafif ada taman bermainnya. Karena Zhafif terlihat sangat senang di sekolah TK-nya.
Hihihi… Hanum ni ada-ada aja.
Sepertinya saya terlalu dini memasukkan Hanum sekolah TK kelompok B saat usianya masih 5 tahun, jadi saat masuk kelas 1 SD pada usia 6 tahun sudah harus menghadapi berbagai mata pelajaran yang cukup banyak. Sementara secara psikologis, masih besar keinginan Hanum untuk bermain seperti anak-anak TK dan terbawa hingga kelas 2 sekarang ini.
Lain halnya Zhafif yang baru masuk TK kelompok B saat usianya hampir 6 tahun, tepatnya 5 tahun 10 bulan. Zhafif sudah cukup lama bermain di rumah sehingga saat bersekolah adalah saat yang sangat ia nanti-nantikan.
Saya sengaja menunggu usia Zhafif lebih tua beberapa bulan untuk masuk TK tidak seperti Hanum yang masuk TK saat usianya genap 5 tahun. Hal ini saya lakukan untuk menghindari kesulitan saat masuk SD karena faktor usia (Hanum lahir di bulan Juni sedangkan Zhafif lahir di bulan September).
Saya tidak ingin peristiwa yang terjadi pada Hanum (Baca cerita Hanum masuk sekolah SD disini) terulang lagi. Jadi saat masuk kelas 1 SD nanti, usia Zhafif sudah hampir 7 tahun, usia yang dianjurkan dan menjadi batasan untuk bisa diterima di sekolah dasar sesuai persyaratan pemerintah.
Rupanya dari segi umur Hanum sebetulnya belum cukup matang untuk bisa menerima pelajaran sekolah dasar, dimana materinya sangat banyak dan cukup sulit dibandingkan saat saya sekolah dasar 30 tahun yang lalu. Ketika belajar di rumah, Hanum lebih banyak mainnya ketimbang mengerjakan tugas-tugasnya.
Jadinya, yang ada setiap hari adalah saya berantem melulu sama Hanum. Sampai-sampai Hanum bilang saya ibu yang cerewet dan suka ngomel.
Hadeeuuuh….. cape deeeehh 🙁
Mungkin itu juga yang bikin saya stres belakangan ini. Kerjaan rumah keteter, kerjaan online terbengkalai.
Waduh, tanda-tanda mau curcol lagi neh. Gawat. Sebaiknya saya berhenti dulu, lain kali saya nulis lagi.
Selamat sahur yaa 🙂