Waktu lagi bebenah majalah-majalah lama, secara ga sengaja saya lihat liputan khas di Majalah Femina edisi tahun 2008 lalu mengenai hasil survei tentang perbandingan tingkat stres antara ibu bekerja, wanita lajang dan ibu rumah tangga.
Tema yang cukup menarik untuk saya tuliskan disini. Meski datanya ga up to date karena survei tersebut diadakan pada tahun 2008, namun permasalahan yang diteliti kemungkinan besar masih menjadi sumber stres bagi kebanyakan wanita sekarang ini.
Menurut Femina (2008), setiap kelompok wanita mengalami penyebab stres dengan tingkatan yang berbeda-beda. Wanita karir terbebani tumpukan pekerjaan. Wanita lajang panik tak kunjung punya pasangan. Ibu rumah tangga jenuh menghadapi rutinitas sehari-hari yang membosankan. Siapakah yang paling stres di atara ketiga kelompok tersebut?
Hasil angket Femina terhadap 140 wanita usia 25-40 tahun (50 ibu bekerja, 50 wanita lajang eksekutif, dan 40 ibu rumah tangga), menunjukkan bahwa 31% ibu bekerja mengaku stres saat membagi waktu antara karir dan keluarga. Sedangkan 44% ibu rumah tangga merasa bosan tanpa kegiatan di luar rumah. Dan, wanita lajang, 37% responden mengaku, stres berpusat pada pekerjaan kantor.
Berikut hasil survei yang dikutip dari Majalah Femina edisi17-23 Juli 2008
Hmmm…. Bisa dibilang saya pernah mengalami ketiganya. Pernah jadi wanita lajang yang resah (kalo ga dibilang panik :D) memikirkan soal pasangan. Sempat jadi ibu bekerja yang harus meninggalkan baby Hanum di rumah. Dan sudah 5 tahun terakhir ini jadi ibu rumah tangga sejati hehehe….
Mana yang paling stres bagi saya?
Kalo saya ingat-ingat ke belakang, saat yang paling stres dalam kehidupan saya sepertinya waktu saya masih lajang. Pandangan masyarakat dan keluarga terhadap seorang kakak perempuan yang ‘dilangkah’ adikknya menikah pada waktu itu membuat saya cukup tertekan.
Lalu setelah menikah, punya anak lalu berhenti bekerja karena pindah rumah, saya sempat stres memikirkan bagaimana kondisi keuangan kami karena kehilangan sebagian penghasilan. Sempat pula merasa minder karena hanya menjadi ibu rumah tangga sementara teman-teman yang lain bisa sukses dalam karir dan pekerjaannya.
Namun alhamdulillah, setelah saya jalani semua itu dengan ikhlas dan lapang dada, perasaan tertekan dan cemas tersebut tidak pernah saya alami lagi. Bahkan saat ini saya merasa sangat optimis menghadapi masa depan saya bersama suami dan anak-anak.
Bukan berarti saya tidak pernah lagi mengalami masalah atau stres. Pasti selalu ada aja masalah penyebab stres yang saya hadapi setiap harinya. Tetapi kini saya bisa mengatasinya dengan cukup baik.
Memang tidak mungkin bisa benar-benar bebas dari stres sebab stres akan selalu ada pada tiap fase kehidupan yang kita jalani. Yang paling penting adalah bagaimana sikap kita dalam mengatasi stres tersebut.
Menurut Ratih Ibrahim, narasumber psikolog pada liputan Femina di atas, ada dua langkah awal untuk menghindari stres, yaitu bersikap realistis dan mensyukuri keadaan. Nikmati saja kehidupan yang kita jalani sekarang maka stres akan pergi menjauh dari hidup kita.
Alhamdulillah, meski saat ini saya hanya seorang ibu rumah tangga, saya tetap bisa menjalankan berbagai aktivitas positif, baik untuk pengembangan diri saya pribadi maupun untuk membantu keuangan keluarga, yaitu dengan menjalankan bisnis online di rumah.
Insya Allah. Semoga saja Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk dan memudahkan segala urusan dalam kehidupan saya sekeluarga.
Amiin ya robbal alamin
wow,survey nya benar2 menarik, cocok klo ditelaaah dan didiskusikan ilmiah lbh lanjut. oya mbak, maap mo OOT, gambarnya mungkin bisa dibuat agar pas ga kegedean 😀
sekali waktu karena nggak ada asisten rt, saya gantian cuti ngurus rt sama istri .. dan woalah … capeknya nyerempet stress.
jadi kayaknya kalo anak masih balita, jadi ibu rt lebih stress menurut saya ketimbang kerja.
btw … saya belajar pegang prinsip sederhana aja:
” … terus belajar IKHLAS agar hidup senantiasa lebih BERGAIRAH .. hot .. hot .. hot 🙂
@Miftahur, kalo dijalani dengan ikhlas dan sabar sembari terus memperbaiki diri, Insya Allah bisa jauh dari stres 🙂
Waaah, ternyata memang punya kelebihan dan kelemahan masing2 ya Mbak 🙂
@Susi, setujuu
Meski lama tapi tetep up to date.
Masing-masing memang punya tingkat stress sendiri2 tergantung bagaimana mamaknai keadaannya.
@Mifta, terima kasih atas kunjungannya 🙂
survey yg sangat menarik,,